SEGERA PPDB TAHUN PELAJARAN 2020 / 2021 SMP ISLAM YOGYAKARTA

"IMAN ILMU AMAL TRAMPIL MANDIRI"

Sabtu, 21 Juli 2012

Marhaban Ya Ramadhan

Sebuah Renungan Tujuh Menit

Kata "Marhaban" adalah kata seru untuk menyambut dan menghormati tamu atau selamat datang. Sama dengan ahlan wa sahlan yang juga berarti selamat datang. Walaupun, keduanya berarti selamat datang tetapi penggunaannya berbeda. Para Ulama tidak menggunakan ahlan wa sahlan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, melainkan marhaban ya Ramadhan.  

Ahlan diambil dari kata ahl yang berarti mudah, juga berarti dataran rendah, karena mudah dilalui. Ahlan wa sahlan itu ungkapan selamat datang.
Sedangkan marhaban berasal dari kata rahb yang berarti "luas" atau "lapang", sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu yang disambut  dan diterima dengan lapang dada/dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.

Dari akar kata yang sama "marhaban", terbentuk kata rahbat yang antara lain berarti "ruangan luas untuk kendaraan, untuk memperoleh kebaikan atau kebutuhan pengendara guna melanjutkan perjalanan". 

Marhaban Ya Ramadhan berarti selamat datang Ramadhan mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan, tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya mengganggu ketenangan atau suasana nyaman kita. 

Marhaban ya Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci Ramadhan, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah SWT. 

Ada gunung tinggi yang harus ditelusuri guna menemui Allah SWT, itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam, belukar yang lebat, bahkan banyak perampok yang mengancam serta iblis yang merayu agar perjalanan tidak dilanjutkan. 

Bertambah tinggi gunung didaki bertambah lebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi jika tekad tetap membaja sebentar lagi akan tampak cahaya terang benderang dan saat itu akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. 

Dan bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah SWT. 

Demikianlah kurang lebih perjalanan itu dilukiskan, tentu kita perlu mempersiapkan bekal guna menelusuri jalan itu. Benih-benih kebajikan yang harus kita tabur di lahan jiwa kita. Tekad yang membaja untuk memerangi nafsu agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat tarawih dan tadarus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah SWT melalui pengabdian untuk agama, bangsa dan negara.

"Jiwa-jiwa manusia ibarat pasukan. Jika saling mengenal mereka rukun tetapi jika tidak saling mengenal, mereka beselisih."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer (Top Ten)

Reguler dan Boarding - Jogja Islamic School