SEGERA PPDB TAHUN PELAJARAN 2020 / 2021 SMP ISLAM YOGYAKARTA

"IMAN ILMU AMAL TRAMPIL MANDIRI"

Selasa, 18 Oktober 2011

Doa Saat Angin Kencang


Dari Salamah bin 'Amr bin Al Akwa' radhiyallahu 'anhu, berkata: " Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam ketika angin bertiup kencang, beliau berdoa:
"Allahumma Laqihan Laa 'aqiima"
Artinya :
Ya Allah, datangkan angin ini dengan membawa air bukan angin tanpa membawa air) "

Artikel Terkait :

Senin, 10 Oktober 2011

Doa Setelah Shalat

Allahumma a’inny ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik.

(Ya Allah, tolonglah aku dalam mengingatMu dan bersyukur kepadaMu dan beribadah kepadaMu dengan sebaik-baiknya).

Kalimat dzikir di atas merupakan wasiat Rasulullah SAW kepada sahabatnya Muadz bin Jabal. Suatu hari, Rasulullah memegang tangan Muadz dan bersabda, “Wahai Muadz, demi Allah sesungguhnya aku meyanyangimu karena Allah. Lalu beliau bersabda kembali, “Aku berwasiat kepadamu wahai Muadz, janganlah sekali-kali engkau tinggalkan seusai setiap shalat untuk mengucapkan, Allahumma a’inny ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik.

Sunnah hukumnya bagi kaum muslimin untuk melakukan dzikir setelah shalat farhu lima waktu. Bahkan juga disunnatkan membaca dzikir-dzikir setelah melakukanshalat-shalat sunnat. Ada banyak hadits Nabi SAW yang shahih berkenaan dengan dzikir setelah selesai melaksanakan shalat. Sedangkan lafadz-lafadz (bacaan-bacaan) dzikir yang diajarkan pun berbeda-beda antara satu dengan lainnya.

Dalil yang masyhur tentang dzikir dan do’a setelah selesai shalat adalah haditz dari Abi Umamah RA yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya oleh salah seorang sahabatnya, “Kapankah doa didengar (dimustajabkan) oleh Allah?” Rasulullah menjawab, “Doa yang dilakukan di tengah malam dan setelah selesai melaksanakan shalat fardhu lima waktu.” (HR. Imam Turmidzi)

Setelah dzikir di atas, masih banyak kalimat dzikir yang lain yang baik untuk didawamkan seusai shalat, seperti diajarkan Rasulullah SAW. Di antaranya, “Allahumma ajjirni minannaar (Ya Allah selamatkan aku daripada azab neraka).”

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Harits At-Tamimi RA, dijelaskan, Rasulullah mengajarkan kepada Al-Harits secara diam-diam (berbisik). Kata beliau, ”Apabila engkau telah selesai mengerjakan shalat maghrib, maka bacalah olehmu, ”Allahumma ajjirni minannaar (Ya allah selamatkanlah aku daripada azab neraka”) sebanyak tujuh kali, karena apabila engkau mati pada malam itu ketika engkau telah membaca doa tadi, maka wajib atasmu apa yang kau minta itu. Apabila engkau selesai shalat Subuh, maka bacalah doa yang sama sebanyak tujuh kali, karena sesungguhnya jika engkau mati di siang harinya, maka wajiblah atasmu apa yang engkau minta (yakni kebebasan dari neraka).” (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Demikianlah wasiat Rasulullah kepada para sahabatnya. dan tentu baik diamalkan umat Islam pada umumnya.

Kamis, 06 Oktober 2011

Bimtek KTSP

SMP Islam Yogyakarta mengadakan Bimtek KTSP Tahun 2011 mulai Senin - Selasa, 03 - 11 Oktober 2011 setelah KBM, dilaksanakan jam 12.45 - 17.00 WIB.
Kegiatan Bimtek KTSP ini diikuti oleh semua Guru SMP Islam Yogyakarta dengan mengghadirkan narasumber :
  • Drs. Edy Heri Suasana, M.Pd. (Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta)
  • Drs. Sugeng Mulyo Subono (Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta)
  • Priyo Sambodo, SPd
  • Drs. Mutiek Atmaji
  • Drs. Soewidyo (Pengawas)
  • Drs. Subroto Suprihatin (Pengawas)
  • Dra. Sri Indah Budiarti, M.Si.(Pengawas)
  • Drs. Arif Wicaksono
  • Drs. Rudi Darmawan, M.Pd.
Materi Bimtek meliputi :

Rabu, 10 Agustus 2011

Ulum Hadis (علوم حديث)

Ulum Hadis (علوم حديث) adalah istilah ilmu hadits di dalam tradisi ulama hadits. ‘Ulum al-hadist terdiri dari 2 kata, yaitu ‘ulum dan Al-hadist. 

Kata ‘ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti ilmu-ilmu, sedangkan al-hadist di kalangan Ulama hadits berarti “segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW dari perbuatan, perkataan, taqrir, atau sifat.”

Dengan demikian, gabungan kata ‘ulumul-hadist mengandung pengertian “ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan Hadits nabi sholallahu ‘alaihi wasallam”.

Ilmu hadits adalah ilmu yang membahas kaidah-kaidah untuk mengetahui kedudukan sanad dan matan, apakah diterima atau ditolak.

Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, ilmu hadits, yakni ilmu yang berpautan dengan hadits, banyak ragam macamnya.

Jumat, 15 Juli 2011

MOS 2011 dan Wisuda Khatmil Qur'an SMP Islam Yk

SMP Islam Yogyakarta menggelar MOS (Masa Orientasi Siswa) dan Wisuda Khatmil Qur,an tahun pelajaran 2011/2012 selama 3 hari awal masuk sekolah pada 11, 12, dan 13 Juli 2011. Kegiatan diisi beberapa kegiatan diantaranya : Upacara bendera, pengenalan lingkungan sekolah, cara belajar, Bimbingan ibadah, Seminar Kesehatan (Kesehatan Jiwa dan Lingkungan) dengan nara sumber dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan STIKES AL-ISLAM Yogyakarta, Lagu-lagu perjuangan, Kunjungan dan di akhiri dengan tadabur alam. Kegiatan MOS diikuti oleh seluruh siswa baru smp islam yogyakarta. Adapun tema kegiatan MOS tahun 2011 ini adalah: “ Jadilah Siswa-Santri ”.
Tujuan dari kegiatan ini adalah :

Senin, 04 Juli 2011

Siswa-Santri SMP Islam Yogyakarta Raih Juara MQK

Siswa-Santri SMP Islam Yogyakarta meraih juara dalam MQK (Musabaqoh Qiroatil Kutub) Santri Pondok Pesantren tingkat Kota Yogyakarta tahun 2011 yang dilaksanakan di Aula Lantai 2 Kantor Kementrian Agama Kota Yogyakarta Jl. Ki Mangunsaskoro No. 43 A, pada Selasa, 21 Juni 2011.

Siswa-Santri SMP Islam Yogyakarta meraih 7 kejuaraan Thobaqoh Wustho dan 1 kejuaraan Thobaqoh Ulya, Yaitu juara 1 Bidang Akhlak, kitab Kifayatul Atqiya (Thobaqoh Wustho putri), juara 1 Bidang Hadist, kitab Bulughul Marom (Thobaqoh Wustho putri), juara 2 Bidang Hadist, Kitab Bulughul Marom (Thobaqoh Wustho putra),  kemudian juara 2 Bidang Fiqih, kitab Fathul Qorib Al Mujib (Thobaqoh Wustho putra), dan juara 3 Bidang Fiqih, kitab Fathul Qorib Al Mujib (Thobaqoh Wustho putri), kemudian

Ukuran Minimal Air Dalam Bersuci

Mengingat pentingnya bersuci, di dalam bersuci/wudlu harus diperhatikan/dipenuhi syarat & rukunnya. Salah satunya adalah masalah air. Bahwa salah satu syarat air yang bisa untuk berwudlu (mensucikan) jumlahnya harus lebih dari 2 kulah (utk air yang tidak mengalir). Benarkah demikian? Bila ya, ukuran tersebut setara dengan berapa bila satuannya liter?

Mengenai air yang memenuhi syarat untuk bersuci/wudlu harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut :

Jumat, 24 Juni 2011

Hukum Mad

Mad berarti melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad.

Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far'i. 


Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya' dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah.


Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.
Lihat juga: Hukum madHarakat.
Lihat Juga :
  • Tajwid
  • Hukum Nun Mati dan Tanwin
  • Hukum Mim Mati
  • Hukum Idgham
  • Hukum ra'
  • Waqaf
  • Qalqalah
  • Hukum Alif Lam Ma'rifah (Qamariah dan Syamsiah)

Kamis, 23 Juni 2011

Hukum Alif lam Ma'rifah

Alif lam ma'rifah adalah dua huruf yang ditambah pada pangkal/awal dari kata yang bermakna nama atau isim.
Terdapat dua jenis alif lam ma'rifah yaitu qamariah dan syamsiah.
1. Alif lam qamariah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah (ء), ba' (ب), jim (ج), ha' (ح), kha' (خ), 'ain (ع), ghain (غ), fa' (ف), qaf (ق), kaf (ك), mim (م), wau (و), ha' () dan ya' (ي). 

  • Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al-qamar (ﺍﻟﻘﻤﺮ) yang artinya adalah bulan. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas tanpa meleburkan bacaannya.
2. Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta' (ت), tha' (ث), dal (د), dzal (ذ), ra' (ر), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), lam (ل) dan nun (ن). 

  • Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab (ﺍﻟﺸﻤﺴﻴﻪ) yang artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya.

Lihat Juga :
  • Tajwid
  • Hukum Nun Mati dan Tanwin
  • Hukum Mim Mati
  • Hukum Idgham
  • Hukum ra'
  • Qalqalah
  • Waqaf

Rabu, 22 Juni 2011

Hukum ra'

Hukum ra' adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra' dalam bacaan. 
Terdapat tiga cara yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.
1. Bacaan ra' harus dikasarkan apabila:
  • Setiap ra' yang berharakat atas atau fathah.
Contoh: ﺭَﺑﱢﻨَﺎ
  • Setiap ra' yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas atau fathah.
Contoh: ﻭَﺍﻻَﺭْﺽ
  • Ra' berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ٱﺭْﺟِﻌُﻮْﺍ
  • Ra' berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra' tadi berjumpa dengan huruf isti'la'.
Contoh: ﻣِﺮْﺻَﺎﺪ
2. Bacaan ra' yang ditipiskan adalah apabila:
  • Setiap ra' yang berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ﺭِﺟَﺎﻝٌ
  • Setiap ra' yang sebelumnya terdapat mad lain
Contoh: ﺧَﻴْﺮٌ
  • Ra' mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa dengan huruf isti'la'.
Contoh: ﻓِﺮْﻋَﻮﻦَ
3. Bacaan ra' yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra' yang berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf isti'la'.
Contoh: ﻓِﺮْﻕ

Lihat Juga :
  • Tajwid
  • Hukum Nin Mati dan Tanwin
  • Hukum Mim Mati
  • Waqaf
  • Qalqalah
  • Hukum Idgham

Selasa, 21 Juni 2011

Hukum Idgham

Idgham (ﺇﺩﻏﺎﻡ) adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke dalam huruf yang lain. 
Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. 
Terdapat tiga jenis idgham:
  1. Idgham mutamathilain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻤﺎﺛﻠﻴﻦ - yang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum adalah wajib diidghamkan. Contoh: ﻗَﺪ ﺩَﺨَﻠُﻮاْ.
  2. Idgham mutaqaribain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﻴﻦ - yang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan makhrajnya hampir sama, seperti ba' bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha' bertemu dzal. Contoh: ﻧَﺨْﻠُﻘڪُﻢْ
  3. Idgham mutajanisain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﺠﺎﻧﺴﻴﻦ - yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta' dan tha, lam dan ra' serta dzal dan zha. Contoh: ﻗُﻞ ﺭَﺏﱢ

Lihat Juga :
  • Tajwid
  • Hukum Nun Mati dan Tanwin
  • Hukum Mim Mati
  • Waqaf
  • Qalqalah

Senin, 20 Juni 2011

Qalqalah

Qalqalah (ﻗﻠﻘﻠﻪ) adalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau memantul. 
Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf (ق), tha (ط), ba' (ب), jim (ج), dan dal (د). 
Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:
  • Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.
Contoh: ﻴَﻄْﻤَﻌُﻮﻥَﻴَﺪْﻋُﻮﻥَ
  • Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.
Contoh: ٱﻟْﻔَﻟَﻖِ ﻋَﻟَﻖٍ

Lihat Juga :

Tajwid
Hukum Nun Mati dan Tanwin
Hukum Mim Mati
Waqaf


Minggu, 19 Juni 2011

Waqaf

Waqaf (وقف)

Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. 
Terdapat empat jenis waqaf yaitu:
  • ﺗﺂﻡّ (taamm) - waqaf sempurna - yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak memengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya;
  • ﻛﺎﻒ (kaaf) - waqaf memadai - yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya;
  • ﺣﺴﻦ (Hasan) - waqaf baik - yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa memengaruhi makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya;
  • ﻗﺒﻴﺢ (Qabiih) - waqaf buruk - yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang lain.

Tanda-tanda waqaf

  1. Tanda mim مـ ) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim م ), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya;
  2. tanda tho  ) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
  3. tanda jim  ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.
  4. tanda zha  ) bermaksud lebih baik tidak berhenti;
  5. tanda sad  ) disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad;
  6. tanda sad-lam-ya' ﺻﻠﮯ ) merupakan singkatan dari "Al-washl Awlaa" yang bermakna "wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik", maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik;
  7. tanda qaf  ) merupakan singkatan dari "Qiila alayhil waqf" yang bermakna "telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya", maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan;
  8. tanda sad-lam ﺼﻞ ) merupakan singkatan dari "Qad yuushalu" yang bermakna "kadang kala boleh diwasalkan", maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan;
  9. tanda Qif ﻗﻴﻒ ) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa berhenti;
  10. tanda sin س ) atau tanda Saktah ﺳﮑﺘﻪ ) menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan;
  11. tanda Waqfah ﻭﻗﻔﻪ ) bermaksud sama seperti waqaf saktah ﺳﮑﺘﻪ ), namun harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas;
  12. tanda Laa  ) bermaksud "Jangan berhenti!". Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung mahupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak;
  13. tanda kaf  ) merupakan singkatan dari "Kadzaalik" yang bermakna "serupa". Dengan kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul;
  14. tanda bertitik tiga ... ...) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta'anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.

Lihat Juga :

  • Tajwid
  • Hukum Nin Mati dan Tanwin
  • Hukum Mim Mati
  • Qalqalah

Hukum mim mati

Surah Al-Mu’minun ayat 55-59.
Keterangan tajwid: Ikhfa Syafawi, Idgham Mimi, Izhar Syafawi


Hukum mim mati adalah salah satu tajwid yang terdapat dalam Al-Qur'an. Hukum ini berlaku jika mim mati bertemu huruf-huruf tertentu.

Hukum ini terdiri dari tiga jenis, yaitu:

1. Ikhfa Syafawi (ﺇﺧﻔﺎﺀ ﺷﻔﻮﻱ)

Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan ba (ب), maka cara membacanya harus dibunyikan samar- samar di bibir dan didengungkan.
Contoh: (فَاحْكُم بَيْنَهُم) (تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ) (وَكَلْبُهُم بَاسِطٌ)

2. Idgham Mimi ( إدغام ميمى)

Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan mim (م), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung. 
Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.
Contoh: (أَم مَنْ) (كَمْ مِن فِئَةٍ)

3. Izhar Syafawi (ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺷﻔﻮﻱ)

Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup.
Contoh: (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ) (تَمْسُونَ)

Lihat pula 


Sabtu, 18 Juni 2011

Hukum nun mati dan tanwin

Potongan ayat Surah Al-Baqarah ayat 145.
Keterangan tajwid:
Izhar halqi, Idgham, Ikhfa Haqiqi, Iqlab

Hukum nun mati dan tanwin adalah salah satu tajwid yang terdapat dalam Al-Qur'an. Hukum ini berlaku jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf tertentu.

Hukum ini terdiri dari 4 jenis, yaitu:

1. Izhar Halqi

Jika nun mati atau tanwin bertemu/menghadap salah satu huruf izhar yaitu ح,خ,ع,غ,أ,ھ cara membacanya jelas, dan terang tidak diperbolehkan untuk mendengung. dan harus di baca ya.....!

2. Idgham

Hukum bacaan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Idgham Bighunnah

Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: mim (م), nun (ن), wau (و), dan ya' (ي), maka ia harus dibaca lebur dengan dengung.
Contoh :  فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ  harus dibaca  Fī ʿamadim mumaddadah.

b. Idgham Bilaghunnah

Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra' (ر) dan lam (ل), maka ia harus dibaca lebur tanpa dengung.
Contoh :  مَنْ لَمْ  harus dibaca  Mal lam

Pengecualian

Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan dalam satu kata, seperti بُنْيَانٌ, اَدُّنْيَا, قِنْوَانٌ, dan صِنْوَانٌ, maka nun mati atau tanwin tersebut dibaca jelas. 

3. Iqlab

Hukum ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba' (ب). Dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berubah menjadi bunyi mim.
Contoh: لَيُنۢبَذَنَّ harus dibaca Layumbażanna

4. Ikhfa' haqiqi

Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta'(ت), tha' (ث), jim (ج), dal (د), dzal (ذ), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), fa' (م), qof (م), dan kaf (ك), maka ia harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)
Contoh: نَقْعًا فَوَسَطْنَ

Lihat pula

Jumat, 17 Juni 2011

Tajwid

Tajwīd ( تجويد ) secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, [1] tajwid berasal dari kata Jawwada ( جوّد - يجوّد - تجويدا ) dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Quran maupun bukan.
Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah makharijul huruf(tempat keluar-masuk huruf) [2]shifatul huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul huruf (hubungan antar huruf), ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan) dan al-Khat al-Utsmani.
Pengertian lain dari ilmu tajwid ialah menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan ayat al-Quran. Para ulama menyatakan bahwa hukum bagi mempelajari tajwid itu adalah fardhu kifayah tetapi mengamalkan tajwid ketika membaca al-Quran adalah fardhu ain atau wajib kepada lelaki dan perempuan yang mukallaf atau dewasa.

Dalil tentang tajwid

Adapun dalil dalil yang mewajibkan membaca al-Quran dengan tajwid antara lain:
  1. ada pun dalil yang pertama di ambil dari al-Quran. Allah swt berfirman yang artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)”[QS:Al-Muzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca al-Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
  2. yang kedua dalil as sunah ( hadist ). Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a.(istri Nabi SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaiman bacaan dan salat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab: ”Ketahuilah bahwa Baginda s.a.w. salat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau salat tadi, kemudian Baginda kembali salat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau salat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah s.a.w. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).
  3. yang ketiga adalah dalil ijma ulama. adalah telah sepakat para ulama dari zaman rasulullah sampai zaman sekarang, bahwa membaca alqur’an dengan bertajwid adalah sesuatu yang fardhu dan wajib.

Hukum Taawuz dan Basmalah

Isti'azah atau taawuz ( تعوذ ) adalah lafaz: "A'uzubillahi minasy syaitaanir rajiim
(ﺍﻋﻮﺬ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ الشيطان ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ)
manakala basmalah adalah lafaz: "Bismillahir rahmaanir rahiim" (ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺤﻤﻦ ﺍﻟﺮﺤﻴﻢ).
Terdapat empat cara membaca iati'azah, basmalah dan surat:
  1. memutuskan isti'azah (berhenti) kemudian baru membaca basmalah,
  2. menyambungkan basmalah dengan surah tanpa berhenti,
  3. membaca isti'azah dan basmalah terus-menerus tanpa henti,
  4. membaca isti'azah, basmalah dan awal surat terus-menerus tanpa berhenti.
Terdapat empat cara membaca basmalah di antara dua surat. Tiga daripadanya adalah harus dan satu lagi adalah tidak harus. Yang harus adalah:
  1. memisahkan basmalah dengan surat,
  2. menghubungkan basmalah dengan awal surat,
  3. menghubungkan kesemuanya.
Bacaan bagi yang tidak harus pula adalah:
  1. menghubungkan akhir surat dengan basmalah lalu berhenti. Kemudian, barulah membaca surat yang seterusnya tanpa basmalah. Walau bagaimana pun, tidak harus membaca demikian karena ditakuti bahwa ada yang menganggap basmalah adalah salah satu ayat daripada surat yang sebelumnya.

Basmalah

Basmalah (Bahasa Arab: بسملة) adalah bahasa Arab yang digunakan untuk menyebutkan kalimat Islam bismi-llāhi ar-raḥmāni ar-raḥīmi. Kalimat ini tertera dalam setiap awalan Surat di dalam Al-Qur'an, kecuali Surat At-Taubah. Juga diucapkan setiap kali seorang Muslim melakukan salat, juga memulai kegiatan harian lainnya, dan biasanya digunakan sebagai pembuka kalimat (Mukadimah) dalam konstitusi atau piagam di negara-negara Islam. Kalimat Basmallah juga pernah ditulis pada zaman Nabi Sulaiman untuk ratu Bilqis sesuai dengan informasi dalam Al Qur'an yaitu di surat 27 (An-Naml) ayat 30.
بسم الله الرحمن الرحيم
bismi-llāhi ar-raḥmāni ar-raḥīmi
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"
Bismillah (بسم الله) berasal dari bahasa arab yang berarti "Dengan menyebut nama Allah )". Bacaan ini disebut Tasmiyah dan bagi orang Islam sangat dianjurkan membacanya untuk memulai setiap kegiatannya. Sehingga apa yang dikerjakan diniatkan atas nama Allah dan semoga mendapatkan restu atas pekerjaan tersebut.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم : Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Hukum Nun Mati dan Tanwin : Klik Disini

Hukum Mim Mati : Klik Disini

Hukum Mim dan Nun Tasydid

Hukum mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajibal ghunnah (ﻭﺍﺟﺐ ﺍﻟﻐﻨﻪ) yang bermakna bahwa pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda atau bertasydid (ﻡّ dan نّ).
Contoh: ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠِﻨﱠﺔ ﻭَﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ

Keterangan : Tasydid

Harakat Tasydid

Tasydid ( تشديد) atau syaddah ( شدة) adalah harakat yang berbentuk layaknya huruf w atau seperti kepala dari huruf sin (س) yang diletakkan di atas huruf arab (ّ)
Harakat tasydid melambangkan penekanan pada suatu konsonan yang dituliskan dengan symbol konsonan ganda, sebagai contoh pada kata (شـَـدَّة) yang berbunyi /syaddah/ yang terdiri dari huruf syin yang berharakat fathah (ش) sehingga menghasilkan bunyi /sya/, diikuti dengan huruf dal yang berharakat tasydid fathah ( دَّ) yang menghasilhan bunyi /dda/, diikuti pula dengan ta marbuta kata ( ةٌ) di akhir kata yang menghasilkan bunyi /h/, sehingga menjadi /syaddah/.

Keterangan : Ta Marbuta (ة)
ta marbuta (ة) (Bahasa Arab: تاء مربوطة, huruf ta yang bulat) adalah varian dari huruf ta (ت) yang melambangkan fonem /t/ atau /h/. Pada aturan Bahasa Arab Standar Modern, ta marbuta dipakai pada akhir dari sebuah kata yang mengacu kepada kata-kata feminin atau bersifat kewanitaan, sebagai contoh pada kata al-Baqarah (البقرة) yang berarti sapi betina.
Dalam alih aksara bahasa Indonesia, ta marbuta disepadankan dengan T atau H, sebagai contoh kata (براكة) dialihaksarakan barakat dan barakah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi berkah atau berkat.
Ta marbuta merupakan varian dari huruf ta, namun penulisannya memiliki perbedaan dan huruf ini tidak dijumpai pada awal kata, penulisan ta marbuta lebih mirip dengan huruf ha (ه) di akhir kata, namun jika berada di tengah kata, maka penulisannya sama seperti huruf ta normal. Sebagai contoh pada kata barakat (براكة), ta marbuta ditulis layaknya huruf ha, namun pada kata barakatuh (بركاته), ta marbuta tertulis layaknya huruf ta normal.
Cara penulisan huruf (ت)
Posisi Lepas Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ت تـ ـتـ ـت
Cara penulisan huruf (ه)
Posisi Lepas Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ه هـ ـهـ ـه
Cara penulisan huruf (ة)
Posisi Lepas Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ة (Tidak ada) (Tidak ada) ـة

Hukum alif lam ma'rifah

Alif lam ma'rifah adalah dua huruf yang ditambah pada pangkal/awal dari kata yang bermakna nama atau isim .Terdapat dua jenis alif lam ma'rifah yaitu qamariah dan syamsiah.
Alif lam qamariah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah (ء), ba' (ب), jim (ج), ha' (ح), kha' (خ), 'ain (ع), ghain (غ), fa' (ف), qaf (ق), kaf (ك), mim (م), wau (و), ha' () dan ya' (ي). Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al-qamar (ﺍﻟﻘﻤﺮ) yang artinya adalah bulan. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas tanpa meleburkan bacaannya.
Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta' (ت), tha' (ث), dal (د), dzal (ذ), ra' (ر), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), lam (ل) dan nun (ن). Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab (ﺍﻟﺸﻤﺴﻴﻪ) yang artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya.

Keterangan : Hamzah (ء)

Hamzah (ء) (Bahasa Arab: الهَمْزة, al-Hamzah) adalah salah satu huruf arab yang melambangkan vokal A, I, U atau hentian glotal seperti huruf K pada kata rakyat dalam bahasa Indonesia.
Bentuk Hamzah berasal dari bagian kepala huruf Ain ( ع), yang diletakkan sebagai tanda bantu atau harakat dan diakritik bagi beberapa huruf Arab atau hamzah bisa berdiri sendiri yang menandakan bahwa huruf tersebut dibaca layaknya huruf Alif:

Varian

  • Hamzah berdiri sendiri: ء;
  • Sebagai diakritik:
    • أ dan إ (di atas huruf Alif ( ا ))
    • ؤ (di atas huruf waw (و))
    • ئ (di atas huruf Alif maksura (ى), atau huruf ya (ي) tanpa titik di bawahnya)

Cara penulisan :

Cara penulisan hamzah ء;
Cara penulisan huruf (ء)
Posisi Lepas Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ء (Tidak ada) (Tidak ada) (Tidak ada)
Cara penulisan alif hamzah أ;
Cara penulisan huruf (أ)
Posisi Lepas Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
أ (Tidak ada) (Tidak ada) ـأ
Cara penulisan waw hamzah ؤ;
Cara penulisan huruf (ؤ)
Posisi Lepas Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ؤ (Tidak ada) (Tidak ada) ـؤ
Cara penulisan ya hamzah ئ;
Cara penulisan huruf (ئ)
Posisi Lepas Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ئ ئـ ـئـ ـئ

Lihat pula


Hukum idgham


Idgham (ﺇﺩﻏﺎﻡ) adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis idgham:
  1. Idgham mutamathilain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻤﺎﺛﻠﻴﻦ - yang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum adalah wajib diidghamkan. Contoh: ﻗَﺪ ﺩَﺨَﻠُﻮاْ.
  2. Idgham mutaqaribain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﻴﻦ - yang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan makhrajnya hampir sama, seperti ba' bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha' bertemu dzal. Contoh: ﻧَﺨْﻠُﻘڪُﻢْ
  3. Idgham mutajanisain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﺠﺎﻧﺴﻴﻦ - yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta' dan tha, lam dan ra' serta dzal dan zha. Contoh: ﻗُﻞ ﺭَﺏﱢ

Hukum mad


Mad berarti melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad. 

Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far'i. 

Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya' dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah.

Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.
Lihat juga: Hukum madHarakat.

Hukum ra'

Hukum ra' adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra' dalam bacaan. Terdapat tiga cara yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.

Bacaan ra' harus dikasarkan apabila:
  • Setiap ra' yang berharakat atas atau fathah.
Contoh: ﺭَﺑﱢﻨَﺎ
  • Setiap ra' yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas atau fathah.
Contoh: ﻭَﺍﻻَﺭْﺽ
  • Ra' berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ٱﺭْﺟِﻌُﻮْﺍ
  • Ra' berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra' tadi berjumpa dengan huruf isti'la'.
Contoh: ﻣِﺮْﺻَﺎﺪ
Bacaan ra' yang ditipiskan adalah apabila:
  • Setiap ra' yang berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ﺭِﺟَﺎﻝٌ
  • Setiap ra' yang sebelumnya terdapat mad lain
Contoh: ﺧَﻴْﺮٌ
  • Ra' mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa dengan huruf isti'la'.
Contoh: ﻓِﺮْﻋَﻮﻦَ
Bacaan ra' yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra' yang berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf isti'la'.
Contoh: ﻓِﺮْﻕ

Qalqalah

Qalqalah (ﻗﻠﻘﻠﻪ) adalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf (ق), tha (ط), ba' (ب), jim (ج), dan dal (د). Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:
  • Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.
Contoh: ﻴَﻄْﻤَﻌُﻮﻥَﻴَﺪْﻋُﻮﻥَ
  • Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.
Contoh: ٱﻟْﻔَﻟَﻖِﻋَﻟَﻖٍ

Makhraj huruf : Makhraj


Sifat huruf : Sifat huruf


Waqaf (وقف)

Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis waqaf yaitu:
  • ﺗﺂﻡّ (taamm) - waqaf sempurna - yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak memengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya;
  • ﻛﺎﻒ (kaaf) - waqaf memadai - yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya;
  • ﺣﺴﻦ (Hasan) - waqaf baik - yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa memengaruhi makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya;
  • ﻗﺒﻴﺢ (Qabiih) - waqaf buruk - yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang lain.

Tanda-tanda waqaf

  1. Tanda mim ( مـ ) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( م ), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya;
  2. tanda tho (  ) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
  3. tanda jim (  ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.
  4. tanda zha (  ) bermaksud lebih baik tidak berhenti;
  5. tanda sad (  ) disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad;
  6. tanda sad-lam-ya' ( ﺻﻠﮯ ) merupakan singkatan dari "Al-washl Awlaa" yang bermakna "wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik", maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik;
  7. tanda qaf (  ) merupakan singkatan dari "Qiila alayhil waqf" yang bermakna "telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya", maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan;
  8. tanda sad-lam ( ﺼﻞ ) merupakan singkatan dari "Qad yuushalu" yang bermakna "kadang kala boleh diwasalkan", maka dari itulebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan;
  9. tanda Qif ( ﻗﻴﻒ ) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa berhenti;
  10. tanda sin ( س ) atau tanda Saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ) menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan;
  11. tanda Waqfah ( ﻭﻗﻔﻪ ) bermaksud sama seperti waqaf saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ), namun harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas;
  12. tanda Laa (  ) bermaksud "Jangan berhenti!". Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung mahupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak;
  13. tanda kaf (  ) merupakan singkatan dari "Kadzaalik" yang bermakna "serupa". Dengan kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul;
  14. tanda bertitik tiga ( ... ...) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta'anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.

Lihat pula


Referensi

Entri Populer (Top Ten)

Reguler dan Boarding - Jogja Islamic School