Kartini 2015 Bukan Cuma Soal Kebaya

Di hampir semua sekolah, kampung-kampung, perkantoran, instansi pemerintah, sampai markas Polri dan TNI, kegiatan "Kartini" - an tanpa ruh dan hikmah, hanya seremonial, para siswi dan Ibu-ibu mengenakan konde dan kebaya, atau pakaian kedaerahan. Kegiatan dan perlombaan yang melibatkan kaum perempuan dilaksanakan.

Tanggal 21 April hari lahirnya RA. Kartini juga diperingati dengan upacara, seminar, dan diskusi-diskusi, saresehan dengan tema "Kaum hawa". Berinterospeksi perjuangan Kartini, bagaimana dahulu, sekarang.dan ke depan.

Peringatan Hari Kartini bukan hanya soal sanggul dan kebaya, "Peringatan Hari Kartini jangan hanya mengenai sanggul dan kebaya. Tapi bagaimana meningkatkan peran bersama, agar perempuan Indonesia berkualitas, cerdas, melahirkan anak yang sehat, dan menjadikan keluarga sejahtera," kata mantan menteri yang juga pemerhati perempuan dan anak Linda Amalia Sari Gumelar.

Walaupun sebatas seremonial, tujuannya adalah memperingati dan menghormati perjuangan Raden Adjeng Kartini, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang menjadi bupati Jepara setelah lahirnya RA. Kartini.

Cita-cita Kartini yang ditulis dalam korespendensinya selama beberapa tahun sebelum wafat pada 1902, sudah banyak yang tercapai. Seperti tentang kondisi perempuan pribumi yang dikungkung dan dipersulit untuk mendapatkan pendidikan. 

Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan jugaSolidariteit. Semua itu atas dasarReligieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air). Itulah cita-cita Kartini.

Dan di tahun 2015 ini "Habis Gelap Terbitlah Terang" Kartini, oleh remaja putri generasi sekarang berubah menjadi "Pergi Terang Pulang Gelap, bahkan Terbit Terang Lagi".