Selamat tahun baru 1434 H semoga menjadi lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاةُ وَالسَّلامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ
إمَامِ المتقينَ وقائدِ المجاهدينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ,أما بعد
Alhamdulillah, kita memasuki bulan Muharram
1434 H, yang berarti mengawali tahun baru 1434 H dan meninggalkan tahun 1433 H.
Kita bersyukur kepada Allah SWT. atas kesempatan hidup yang masih diberikan
kepada kita. Semoga kita dapat melaksanakan ibadah dengan benar dan ikhlas. Dan semoga kita serta seluruh umat Islam di tahun ini lebih baik dari
tahun yang lalu dan tahun yang akan datang akan lebih baik lagi dari tahun ini.
Satu
Muharam atau Tahun Baru Hijriah ditandai dengan pindahnya Nabi Muhammad SW dari
Mekkah ke Madinah, 1433 tahun yang silam. Di samping itu, setiap Tahun Baru
Hijriah didahului oleh dua peristiwa penting, yaitu satu Syawal sebagai akhir
puasa (Idul Fitri) dan 10 Dzulhijjah pelaksanaan ibadah haji (Idul Adha).
Baik
“Idul Fitri maupun “Idul Adha kalau diamati lebih mendalam memiliki makna dan
hubungan yang erat dengan satu Muharam.
Seseorang
yang akan pindah, selayaknyalah dia mempersiapkan bekal pindah untuk satu tahun
ke depan, tentu dia dituntut lebih siap lagi.
Bekal
yang diwajibkan Allah untuk persiapan satu tahun adalah ibadah puasa dan haji.
Ibadah puasa bertujuan agar kita mampu mengendalikan hawa nafsu, sedangkan
ibadah haji untuk melawan dan menundukkan godaan setan.
Puasa
memang dikhususkan untuk mengendalikan hawa nafsu. Sebagaimana disebutkan dalam
sebuah hadits, “Pada bulan puasa
setan-setan diikat, sedangkan pintu-pintu surga dibuka.” (HR. Bukhari).
Allah
mengikat setan selama bulan puasa agar seseorang memusatkan dirinya
mengendalikan hawa nafsu yang berasal dari dalam dirinya, yaitu nasfu perut dan
seks.
Setelah
selesai mengendalikan nafsu, kita dituntut untuk menghadapi dan bahkan
melenyapkan musuh yang berasal dari luar, yaitu godaan setan. Kendati godaan
setan dan nafsu sama-sama tidak tampak, keduanya berbeda dalam cara dan tujuan.
Setan tidak puas hanya dengan satu cara. Kalau gagal dengan satu cara, dia mencari
jalan lain agar berhasil. Dan kalau sudah berhasil, dia berusaha agar hasil
godaan itu semakin maksimal.
Berbeda
halnya dengan nafsu. Jika sudah terpenuhi permintaannya, nafsu tidak menuntut
yang lebih besar lagi.
Seseorang
yang lapar, umpamanya, dia hanya membutuhkan sepiring nasi dan ketika
membutuhkan seks, dia perlu seorang pasangan. Cara untuk melawan godaan setan
tidak dengan berpuasa, tetapi dengan ibadah haji.
Salah
satu wajib haji adalah melempar jumrah di Mina. Setan berada di luar diri kita.
Karena itu, kita perlu mempersiapkan senjata untuk melawannya, yaitu batu.
Dalam
puasa, kita dituntut untuk mengalahkan
setan dan sekaligus melenyapkannya. Mengendalikan hawa nafsu diwajibkan
setiap tahun, sedangkan memerangi setan hanya sekali seumur hidup.
Setelah
keduanya dapat ditaklukan, berarti kita kita sudah siap hijrah ke tahun
berikutnya.
Dengan
demikian, ketika menyambut satu Muharam 1434 H, kita memulai kegiatan dengan
bekal yang matang, program yang jelas, dan penuh dengan rasa percaya diri.
Sungguh
Maha Bijak Tuhan yang mengatur urutan-urutan itu, yaitu perintah haji setelah
puasa dan hijrah setelah puasa dan haji. Namun, maknanya, tentu lebih
berbahagia orang-orang yang membekali dirinya dengan kebijakan tersebut, yaitu
pengendalian nafsu dan tahan akan godaan setan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar