Ditulis oleh Ir. Muhammad Ade Irfan, MBA.
Kebangkitan Nasional yang selalu ditandai setiap 20 Mei, merupakan wujud kebangkitan bangsa Indonesia terhadap hegemoni Hindia Belanda, serta memberikan kesempatan yang besar kepada bumi putera untuk menentukan nasib sendiri, rasa persatuan, dan naionalisme Indonesia. Ditandai dengan berdirinya Het Jong Javaasche Verbond Boedi Oetomo atau Ikatan Pemuda Jawa Boedi Oetomo atau disingkat Boedi Oetomo di Gedung STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen), Batavia, pada 20 Mei 1908. Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, yang pada dasarnya bukan partai politik atau kekuatan militer untuk melawan pemerintah Hindia Belanda, namun sebuah gerakan yang bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan, tetapi mampu untuk merangkul semua golongan di Indonesia bersatu membangkitkan semangat melawan penindasan.
Pada dasarnya kebangkitan untuk melawan penindasan atau kesewenang-wenangan atas bangsa atau suatu kelompok lain ke kelompok atau bangsa lain, sudah didengungkan sejak muncul Islam di permukaan bumi.
Kebangkitan melawan hawa nafsu
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (50)
Keserakahan, kezaliman, dan lain sebagainya yang bermuara kepada kejahatan adalah wujud dari hawa nafsu yang sama sekali tidak bisa diperturutkan. Ayat diatas jelas menyebutkan bahwa hindari perbuatan yang lebih memperturutkan hawa nafsu. Penjajahan dan penindasan adalah wujud dari keserakahan atas hasil bumi, perbudakan, dan kekayaan alam yang ada di suatu bangsa. Maka diperintahkan untuk menghindari dan tidak untuk memperturutkan.
“Iman adalah ketaatan yang menjauhkan muslim untuk mengikuti kedzaliman, baik pada dirinya, orang lain atau Allah SWT”(Imam Ibnu Taimiyah, Al-Iman). Uraian diatas menunjukkan bahwa Iman yang berada dalam hati seorang muslim adalah sebuah ketaatan kepada penghindaran terhadap kedzaliman. Muslim tidak boleh melakukan kedzaliman, baik kepada diri-sendiri, lebih – lebih lagi kepada manusia lainnya. Dan iman menuntun manusia untuk melakukan perlawanan apabila ada kedzaliman yang diterima, sebuah bentuk kebangkitan terhadap kedzaliman.
Kebangkitan Menentukan Nasib Sendiri
“Iman yang tertanam dalam hati setiap muslim merupakan senjata utama untuk takut kepada Allah SWT, iman juga yang menuntun muslim untuk menentukan kehendak tanpa harus takut kepada manusia lain, sebab iman hanya menuntun muslim hanya takut kepada Allah SWT”. Uraian diatas yang disadur dari kitab Iman karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menunjukkan kepada muslim bahwa kesandaran bukanlah kepada makhluk ciptaan Allah SWT, namun kepada sang Khalik Allah SWT. Kebersandaran kepada Allah didasarkan kepada keimanan yang kuat untuk bisa survive di dunia. Seakan Syaikhul Islam menunjukkan bahwa Iman adalah hujjah utama bagi muslim untuk berani melawan makhluk yang berusaha untuk menentukan nasib orang lain.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُواوَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (15)
Kebangkitan atas kesempurnaan Agama
Islam diturunkan saat masyarakat Arab memasuki jaman–jaman dimana perikemanusiaan dan nilai harkat martabat manusia menjadi trade-mark yang harus dibinasakan. Maka Islam kemudian diturunkan melalui seorang laki–laki yang bergelar Al-Amin. Didakwahkan selama 23 tahun dengan pengikut yang semula hanya kalangan orang–orang miskin dan terbelakang, seiring dengan perjalanan waktu keimanan telah merubah mereka–mereka menjadi manusia agung dengan gelar para Sahabat RA. Dan risalah tersebut ditutup saat haji wada’, dimana Rasulullah SAW memberikan sambutan istimewa yang berasal dari wahyu Allah SWT.
Ayat 3 Al Maidah, menunjukkan atas kesempurnaan Islam sebagai agama yang menjadi pandangan hidup, tuntunan, dan pedoman dalam berpikir, bertindak, dan bertingkah-laku. Serta merupakan risalah terakhir (penutup) yang dibawa oleh Muhammad SAW (khotamun nabi). Nikmat telah dicukupkan yang artinya bahwa Allah menjamin ketercukupan semua kebutuhan manusia untuk hidup. Dan kalimat yang menakjubkan bahwa tidak perlu takut dengan semua musuh-musuh, asal berpegang teguh kepada ke-iman-an dan ke-islam-an, hadapi dan lawan kezhaliman, keserakahan, dan kebathilan, maka Alah yang menjamin keberlangsungannya.
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (3)
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al Maidah 5 : 3)
Ayat diatas lebih dari sebuah kecukupan bagi muslimin untuk bangkit dan berdiri mengarungi kehidupan, tanpa khawatir akan kekurangan dan kesalahan cara pandang, asal tetap berpegang teguh dengan sunnah dan Al-Qur’an bisa dipastikan bahwa Allah yang akan meng-guarantee, inilah arti dari kebangkitan yang hakiki, kebangkitan yang bersandar kepada kepasrahan seorang makhluk kepada sang Khaliq.
Kebangkitan atas ke-Tauhid-an
Agama turun ditujukan untuk mengembalikan ke-Tauhid-an. Inilah landasan Allah SWT sampai mengutus 25 Nabi mengembalikan aqidah manusia kembali menyembah atas ke-Esa-an.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56)
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS. Adz Dzariyaat 51 : 56)
Dengan tauhid akan tercapai keimanan, dari keimanan akan terlahir ketakwaan, dan dari ketakwaan maka level manusia akan dinaikkan berderajat – derajat, karena dengan ketakwaanlah yang membedakan antara manusia satu dengan manusia yang lain.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al Hujuraat 49 : 13)
Ayat diatas menunjukkan bahwa takwa adalah bentuk kebangkitan manusia atau muslim untuk bisa bersaing menunjukkan yang terbaik.
Penulis adalah alumnus MM UGM
Dapat dikontak melalui adeirfan@hotmail.com atau twitter @adeirfan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar